Sayangnya, membentuk karakter mandiri pada anak tidaklah mudah. Salah satu faktor yang menjadi penyebab gagalnya mendidik anak menjadi mandiri adalah karena kurangnya kerja sama antara orang tua. Loh, kok bisa? Iya, terkadang kamu dan suami tidak bisa membagi ketegasan yang sama terhadap anak.
Memang dalam berumah tangga sudah lumrah jika ada perbedaan sikap. Misalnya, suamimu berusaha bersikap tegas, tetapi kamu justru memanjakannya. Nah, hal ini bisa menyebabkan anak menjadi gagal mandiri. Sebaliknya, dia akan bergantung pada salah satu orang tua dan bahkan akan menjadi pilih kasih antara ayah atau ibu.
Selain bekerja sama, berikut adalah tips sederhana lainnya untuk mendidik anak agar tidak terus bergantung pada orang tua.
1. Ajarkan tanggung jawab mulai dari mengerjakan pekerjaan ringan
Sebagai anak usia sekolah, salah satu tanggung jawab yang harus dia lakukan adalah menyiapkan jadwal pelajaran harian. Hal ini sangat umum dan sederhana. Sayangnya, masih banyak orang tua tidak membiarkan anak melakukan hal sesederhana ini. Alasannya adalah karena kasihan kepada anak yang sudah sekolah seharian.
Padahal, menyiapkan jadwal pelajaran itu merupakan pekerjaan yang sangat ringan loh… Bahkan menyiapkan jadwal pelajaran sendiri bisa menekan kemungkinan lupa mengerjakan PR pada anak. Walaupun begitu, kamu harus tetap mengawasinya loh ya. Jangan sampai anak salah jadwal atau ada buku yang tertinggal.
2. Rumah berantakan? jangan mau bersusah payah membersihkannya sendirian
Pada hari minggu, biasanya anggota keluarga akan berkumpul di rumah. Selama berada di rumah, mungkin anak akan sibuk bermain seharian sampai mainannya berantakan. Jika hal semacam ini terjadi, jangan buru-buru kesal. Lebih baik tunggu anak selesai bermain dan ajak dia membersihkan mainan bersama-sama.
Mengajak dan menyuruh itu beda loh ya bund. Dengan mengajak berarti juga ikut membantu. Dengan begini anak tidak akan merasa disuruh-suruh. Jangan lupa beri apresiasi ketika pekerjaan selesai. Bisa dalam bentuk verbal maupun non verbal, yaitu membuatkannya kue atau semacamnya.
Misi harian adalah semacam check list mengenai kegiatan yang harus dia lakukan setiap hari. Check list ini berbeda dengan jadwal loh ya bund. Check list hanya berisi 1-3 misi ringan yang bisa dia lakukan setiap hari. Misalnya memastikan semua pintu dan jendela rumah sudah terkunci, melipat selimut sendiri, membuatkan kopi untuk ayah, dan lainnya. Pastikan tugasnya ringan dan sesuai dengan usianya. Jangan lupa berikan apresiasi ketika dia bisa menyelesaikan misinya.
4. Ketika ingin mendapatkan sesuatu, biasakan agar anak memiliki usaha
Hal paling umum yang terjadi pada orang tua ketika anaknya menginginkan sesuatu adalah memberikannya secara cuma-cuma. Hal itu salah! Sebaliknya, ajarkan agar dia mau berusaha.
Misalnya, ketika anak meminta sepatu baru. Katakan padanya bahwa dia akan memiliki sepatu baru dengan beberapa persyaratan yaitu bisa menyelesaikan misi hariannya selama seminggu penuh. Tapi, untuk kebutuhan primer berupa kebutuhan sekolah atau kebutuhan mendesak, kamu bisa langsung membelikannya.
5. Ikuti pepatah lama, “Hemat Pangkal Kaya”!
Banyak orang tua yang lupa mengajarkan anak untuk menabung. Padahal kebiasaan menabung bukan sekedar mengumpulkan uang. Membiasakan anak untuk menabung sama dengan menyiapkan anak untuk menjadi mandiri.
Sebagai orang tua, sejatinya harus menyadari bahwa uang bukan hal yang mudah untuk dicari. Padahal kebutuhan primer, sekunder, dan tersiar tidak akan pernah bisa dihentikan. Karena itu, ajarkan anak untuk menabung sehingga ketika sewaktu-waktu dia memerlukan sesuatu, dia bisa membelinya sendiri dengan hasil menabung.
6. Jangan takut anak sakit, ajarkan ia apa itu konsekuensi!
Kebanyakan orang tua suka khawatir ketika anak bermain di luar, hal semacam ini memang lumrah sih.. Takut anak jatuh, terluka, atau sakit. Tenang, tidak perlu berlebihan. Justru dengan bermain di luar, anak akan lebih pandai dalam bersosialisasi. Daripada khawatir yang berlebihan, apa lagi sampai melarang anak melakukan ini itu, lebih baik ajarkan anak untuk mempelajari sebab dan akibat.
Misalnya, anak bermain larian-larian hingga jatuh dan terluka. Jangan buru-buru menyalahkannya bund. Tapi, tanyakan padanya kenapa dia bisa terluka. Dengan berdiskusi mengenai sebab dan akibat, secara tidak langsung anak akan belajar mengenai apa yang bisa dia lakukan dan sebaliknya.
7. Jangan membiarkan anak terbiasa melihat semua serba ada dan tersedia
Misalnya ketika akan naik kelas, pasti anak akan membutuhkan banyak perlengkapan baru. Nah, kamu bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajarkan anak memenuhi kebutuhannya sendiri. Caranya adalah dengan membiarkannya berbelanja sendiri. Loh, emang bisa? Begini caranya.
Untuk anak yang belum mengerti masalah budget, sesekali bisa mengajaknya ke toko ATK (Alat Tulis Kantor) dan menanyakan apa saja yang akan dia beli. Kamu jangan mengambil barang yang tidak dia sebutkan. Hal ini bisa melatih inisiatif pada anak.
Kalau ternyata ada perlengkapan yang penting yang belum disebutkan, kamu bisa berinisiatif menanyakannya. Misalnya dengan menanyakan, “Adek, perlu buku gambar juga gak?”. Baru setelah dia bilang iya, boleh untuk ambil juga buku yang itu.
Sedangkan untuk anak yang sudah mengerti soal budget, tentunya bisa menggunakan cara lain. Jadi, pertama ajak anak ke toko ATK. Utamakan untuk ke toko besar yang mana anak bisa berkeliling dan berbelanja sendiri. Berikan kartu E-Money kepada anak dan katakan nominal di dalamnya. Baru setelah itu, biarkan anak berkeliling memilih dan mengambil barang yang diperlukannya. Dalam hal ini kamu hanya bertugas sebagai pengawas ya.
Itu tadi 7 cara sederhana mendidik anak agar tidak tergantung dengan orang tua. Dari semua hal di atas, yang terpenting adalah selalu berikan apresiasi. Apresiasi tidak harus dalam bentuk barang kok bund. Ucapan terima kasih pun bisa dijadikan tanda apresiasi. Selain itu, sekali lagi, kerja sama antara ayah dan ibu akan sangat dibutuhkan dalam hal ini.